Jumat, 31 Mei 2013

Pemilihan KaHima & WakaHima ITCE: No Coblos, No Contreng, Just Click

Berawal dari permasalahan seputar pemilihan suara, Mahasiswa semester awal PENS Riza Budi Prasetya dan Vizzca Indra Pratama membuat software yang mereka beri nama Sistem Manajemen Suksesi. Meski idenya sudah muncul sejak setahun yang lalu, software yang hanya dibuat dalam waktu 3 minggu ini mendapat reaksi positif dan telah digunakan dalam pelaksanaan Suksesi Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika dan Teknik Komputer (HIMIT) di PENS pada tanggal 27-29 Mei 2013 lalu.


Tampak Bilik Pemilihan KaHima dan WakaHima HIMIT 2013

Pemilih cukup menunjukkan Smartcard atau KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) kepada panitia bagian registrasi. Lalu pemilih mendapatkan kode validasi dari pabitia bagian registrasi dan diarahkan ke bilik yang kosong menggunakan kode validasi. Kode ini di-generate oleh program. Pemilih yang telah memiliki kode validasi dapat langsung masuk ke bilik dan memilih kandidat dengan cara meng-klik 2 kali (double click) gambar kandidat pilihan. Setelah itu pemilih akan memperoleh verifikasi bahwa dirinya telah memilih dan dapat meninggalkan bilik. Proses pemilihan pun selesai.
"Karena semua terhubung dengan jaringan jadi cepat, tinggal masukkan saja kode validasi dan klik, selesai semuanya, " terang Fajrul Falah, salah satu mahasiswa jurusan IT. Pemilih pun diberi kesempatan 3 kali untuk memasukkan kode dalam waktu 2 menit. Namun apabila masih melakukan kesalahan hingga kode hangus, pemilih diwajibkan melakukan registrasi dan mengulang seluruh proses dari awal.Seperti pemilu pada umumnya, sebelum meninggalkan lokasi, pemilih yang telah menggunakan hak suaranya harus mencelupkan jari kelingkingnya dalam cairan tinta yang disiapkan panitia.
Selama proses berlangsung, fungsi saksi agak menjadi berkurang. Saksi maupun tim sukses kandidat dapat ikut menjaga dan memantau jalannya proses ini dengan cara melakukan pengecheckan sistem dan database sistem sebelum dan sesudah pelaksanaan. Mereka juga memiliki password (rahasia) untuk mengunci sistem utama yang berhubungan dengan data pemilih beserta hasilnya.
Untuk membuka database suara dan menghitung perolehan, semua saksi dan tim sukses harus hadir dan memasukkan password yang diinputkan secara bergantian seperti di awal. Jika ada salah satu yang tidak hadir maka data base tidak bisa dibuka dan dihitung. "Untuk menghindari penyalahgunaan suara, perhitungan harus dilakukan secara bersama-sama. Sehingga kerahasiaan dan tingkat keabsahan suara terjaga. Di samping dilakukan upaya penyegelan terhadap data base, " katanya.
Sebagai antisipasi listrik padam atau adanya gangguan pada software maupun hardware Riza mem-back up data yang terenkripsi lalu disimpan di hardisk external yang juga tersegel. Jumlah perolehan suara masing masing kandidat pun dapat dilihat langsung secara cepat menggunakan software ini, mengingat data telah dikumpulkan sejak awal di server dan tinggal mengunggahnya saja. "Jadi cepat tidak hanya diproses pengambilan suaranya, tetapi juga di penghitungan suara, " imbuhnya.
Menurut Riza, ada beberapa faktor mengapa dirinya tertarik untuk membuat software ini. Selain banyaknya pemilih golput dan surat suara yang rusak menurutnya proses pengadaan kertas suara juga berpengaruh. "Suksesi membutuhkan waktu yang cukup lama dan banyak kertas. Pemilih harus antri satu-persatu. Panitia juga harus mencetak banyak kertas suara untuk semua pemilih. Dengan sistem ini setidaknya pemilu jadi lebih efisien dan ekonomis, "terang penerima Bidik Misi Award IP tertinggi yaitu 3,93.
Software ini masih jauh dari sempurna, namun dia berharap dapat dikembangkan lagi ke depannya. "Mungkin mendatang proses registrasi tidak perlu lagi manual, tetapi bisa dilakukan melalui scanning kartu pemilih atau kartu identitas yang lain,"harap Riza. No Coblos, No contreng Just Klik.

Dari eepis-its.edu dengan sedikit pengubahan isi.

0 komentar:

Posting Komentar